Putu Oka Sukanta
Nova melalui 47 puisinya membentangkan peta kekerasan terhadap perempuan, yang terjadi di beberapa daerah tidak hanya di Indonesia (Aceh, Poso, Bandungan dan lainnya) tetapi juga di luar negeri seperti Bangkok, Chiangmai Thailand, dan Burma. Pemetaan yang puitis itu direkam dan dirangkum di sela-sela tugasnya sebagai aktivis kemanusiaan yang berpindah-pindah. Puisi-puisinya tidak hanya puitis tetapi lugas, menggigit, membuka mata nurani kita, membawa kita pada dunia kekerasan yang menyakitkan, dan membakar kita untuk bersama penyair berpihak kepada perempuan yang menjadi korban. Tidak hanya berpihak, tetapi juga ikut melakukan perlawanan bersama korban.
Puisi di tangan Nova telah dimanfaatkan secara optimal sebagai media untuk mengungkapkan keberanian dan perlawanan perempuan. Salah satu contohnya adalah puisi di bawah ini.
Kau Ambil Parang Kami, Kurampas Senjata Kalian!
Ratusan perempuan
seperti rombongan kupu-kupu memenuhi kebun
Orang-orang berseragam
memoncongkan senjata api pada tubuh mereka
"Kau maju selangkah, kami maju dua langkah," teriak perempuan
"Berhenti menebang pohon kopi, atau kami tetap menghadang,"
Perempuan mengacungkan parang
Moncong senjata siap menerkam
Dua perempuan menelanjangi diri
"Kau ambil parang kami, kurampas senjata kalian!" Lawan perempuan
Pasukan bersenjata mundur
ratusan perempuan menabuh gong
memanggil kekuatan jagat raya
Manggarau, 19 April 2004
Saya mengajak pembaca untuk memaknai kumpulan puisi pertama Dewi Nova Wahyuni ini dan menjadikannya bahan pembelajaran terhadap puisi/karya sastra realis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar